Opini – Dalam menghadapi dinamika kehidupan modern yang penuh dengan tuntutan dan kompetisi, Dr. I Dewa Nyoman Agung Wijaya menyampaikan sebuah refleksi mendalam tentang makna “cukup” yang menggugah kesadaran banyak orang. Kutipan beliau, “Dalam kurang kita diuji, dalam lebih kita diuji, sampai akhirnya kita paham makna cukup”, menjadi pengingat bahwa kehidupan bukan hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang memahami.
Pernyataan ini menekankan bahwa ujian kehidupan hadir dalam dua bentuk: kekurangan dan kelimpahan. Ketika kita kekurangan, kita diuji untuk tetap bersabar dan bersyukur. Sementara saat kita berkelimpahan, kita diuji untuk tidak terjebak dalam keserakahan dan kesombongan. Keseimbangan dari dua kondisi inilah yang akhirnya membentuk pemahaman sejati tentang rasa cukup.
“Makna ‘cukup’ bukan diukur dari seberapa banyak yang kita punya, melainkan dari ketenangan dan kepuasan hati atas apa yang kita miliki,” ujar Dr. Dewa Wijaya. Pesan ini menjadi relevan di tengah gaya hidup konsumtif masyarakat saat ini, yang sering kali mengukur nilai hidup dari materi semata.
Dr. Dewa berharap agar masyarakat semakin bijak dalam menjalani hidup, mampu melihat tantangan sebagai jalan pembelajaran, dan tidak kehilangan arah dalam mengejar sesuatu yang belum tentu membawa kebahagiaan sejati.